Berani Menolak Kandidat

Vidi Aziz | Monday, 13 September 2021

Salah satu proyek rekrutmen paling kompleks yang pernah saya lakukan adalah mencari seorang Senior Manager untuk sebuah perusahaan asing yang bergerak di industri teknologi. Proses pencarian kandidat memakan waktu berminggu-minggu. Bahkan sebelum proses pencarian kandidat dimulai, saya harus melakukan riset yang dalam tentang industri ini dan talent pool di industri tersebut agar saya bisa membidik kandidat yang tepat.

Setelah melakukan pendekatan ke beberapa kandidat, saya berhasil menemukan satu kandidat yang mirip dengan kualifikasi dari perusahaan klien saya. Singkat cerita, kandidat ini lolos proses interview dan mendapatkan offering. Sayangnya, proses negosiasi berjalan tidak mulus. Ada banyak permintaan dari kandidat saya yang harus saya komunikasikan ke klien dan juga sebaliknya. Pada akhirnya, klien saya hanya bisa mengabulkan beberapa permintaan dari kandidat saya karena perusahaan ingin melihat kinerja kandidat terlebih dahulu selama masa probation.

Ketika saya berdiskusi kembali dengan kandidat tentang pendapatnya mengenai offering baru yang sudah diberikan, saya menangkap bahwa kandidat ini masih belum puas dengan hasil negosiasi dan berencana untuk melakukan renegosiasi.

Setelah diskusi antara saya dan kandidat berakhir, saya mencoba untuk melakukan refleksi diri tentang karakter dari kandidat ini. Saya baru sadar adanya red flag di karakter kandidat yang di awal tidak terlihat tetapi justru muncul saat proses negosiasi berlangsung. Saat itu juga saya memutuskan untuk tidak melanjutkan negosiasi. Saya berdiskusi kepada klien tentang kemungkinan buruk yang bisa terjadi jika klien masih ingin merekrut kandidat ini. Akhirnya, klien dan saya memutuskan untuk menarik offering dari kandidat ini dan mencari kandidat pengganti. Saya pun menginformasikan ke kandidat mengenai keputusan kami.

Tugas seorang rekruter tidak hanya sesederhana melakukan proses rekrutmen yang berisi interview dan psikotes saja untuk mencari kandidat yang tepat, tetapi juga berani bersuara dengan argumen yang obyektif jika perusahaan akan merekrut orang yang tidak tepat. Harapannya, suara dari rekruter ini bisa menjadi perisai bagi perusahaan untuk mencegah masuknya kandidat yang tidak sesuai dengan budaya mereka.

Tag Label:

Job Search